Langsung ke konten utama

One on One: Review Proyek Akhir

Setiap peserta AM5M diminta untuk membuat sebuah proyek akhir. Proyek akhir dapat berupa novel, kumpulan cerpen, atau tulisan lainnya dengan minimal panjang 20 lembar. Pada pertemuan ke-3, kami sudah diminta untuk menuliskan garis besar proyek akhir kita dalam bentuk outline, mindmapping dan biografi karakter dari tokoh di dalamnya.
One on one adalah model belajar kelompok yang diusulkan Bang Fuadi untuk memungkinkan kami dalam kelompok yang terdiri dari 3 orang mendapat pengarahan dan berdiskusi dengan beliau membahas proyek akhir masing-masing bersa. Tapi sejauh ini, prakteknya one on one hanya dilakukan Bang Fuadi dengan 2 orang peserta dalam satu pertemuan. Lamanya sekitar 1-2 jam. Karena saya di Bandung, dan agak sulit mengatur jadwal one on one dengan beliau, saya diijinkan untuk melakukan proses ini melalui telepon.
Awalnya Bang Fuadi mengirimkan foto print out tugas saya (Outline dan biografi karakter) yang sudah sudah ada coretannya. Biar tidak bingung, saya jelaskan sedikit tentang proyek akhir saya. Proyek saya sebuah novel yang menceritakan tentang sebuah keluarga yang memiliki 5 anak. Mereka dari keluarga menengah bawah. Anaknya ada yang tuna grahita, ada yang lumpuh dan harus di kursi roda karena kecelakaan, ada juga anak yang kembar. Karena ingin serius mengasuh anaknya yang Tuna Grahita, si ayah berhenti bekerja dan berwiraswasta membuka tempat penyewaan buku. Kemudian dengan perjalanan waktu ekonomi keluarga membaik. Anak-anak tersebut menjadi orang sukses setelah dewasa. Ceritanya saya ingin memasukkan segala bentuk kesusahan ke dalam keluarga ini. Jujur saya sendiri merasa gamang dan nggak yakin bahwa ini akan menjadi novel bagus atau tidak.
Entah rada telmi atau bagaimana, saya tidak bisa menyimpulkan apa-apa dari hasil coretan Pak Guru tersebut. Jadilah saya menelpon beliau dan mengganggu perjalanan beliau dengan diskusi panjang sekitar hampir 1 jam. Mudah-mudahan tagihan telepon saya tidak lebih mahal daripada ongkos PP Bandung-Jakarta. Ha...ha....ha....
Berikut hasil diskusinya yang cukup membuat saya merenung kembali mengenai kemampuan saya menulis:
  1.  Fokus hanya pada satu konflik utama yang melandasi keseluruhan cerita. Jangan terlalu banyak konflik yang akan membuat pembaca lelah. Konflik itu adalah ketika kenyataan tidak sama dengan harapan.
  2. Plot cerita harus kuat.
  3. Cerita harus unik. Jangan terlalu kejadian sehari-hari yang biasa dijalani setiap orang dan pasaran yang menyebabkan orang akan merasa tidak ada gunanya membaca cerita kita. Pembaca itu menginginkan sesuatu yang berbeda dan menggugah rasa ingin tahu.
  4. Novel adalah seni menunda jawaban. Ada satu pertanyaan yang harus disimpan jawabannya hingga akhir cerita untuk menjaga orang akan terus membaca cerita kita. Proses mencari jawaban itu mesti ada dalam sebuah cerita yang kuat.
  5. Tapi perlu diingat, keunikan cerita jangan terlalu aneh dan tidak logis. Seperti bagaimana caranya tokoh saya bisa membaik perekonomiannya? Perlu dipertimbangkan bahwa setting lokasi di Indonesia. Penulis sering lupa menghargai logika dan kepintaran pembaca. Harus dipikirkan mengapa sesuatu dapat terjadi.
  6. Tokoh antagonis itu harus kuat dan punya hubungan yang cukup kuat dengan tokoh utama. Bukan sekedar orang yang dapat dilepas sewaktu-waktu. Contohnya tokoh Randai dalam N5M yang merupakan sahabat masa kecil Alif.
  7. Pertimbangkan deferensiasi untuk buku yang terbit. Gramedia menerbitkan 60 buku setiap minggunya. Ide cerita akan sangat mudah berulang. Kita harus kreatif menemukan sesuatu yang berbeda dari mainstream.
  8. Coba lihat lagi film-film bertema keluarga seperti little house in the prairie atau Malcom in the middle. Mungkin bisa dapat inspirasi dari sana.
Ehm...lumayan bikin mikir untuk revisinya. Seperti dikasih persamaan matematika dimana terlalu banyak variabel yang harus dicari jawabannya. Gelap.
Pak guru kami itu punya latar belakang wartawan Tempo dan ilmu menulis yang diasah bertahun-tahun. Ia menulis Negeri 5 Menara dalam waktu 2 tahun. Kira-kira sebesar apa kemungkinan saya dengan pengalaman menulis yang sangat minim untuk bisa membuat novel sekelas N5M? Gelap lagi.
Rasa tidak nyaman itu mulai datang. Can I do this?
Menulis novel yang bagus itu ternyata tidak segampang yang diduga. Ya...iya lah... kalau gampang pasti semua orang sudah jadi penulis dan semua novel di toko dapat cap bestseller. Kenyataannya hanya ada segelintir novel yang diminati banyak orang. Beneran deh jangan percaya pada jargon menulis itu mudah.
Hadapilah, bahwa MENULIS ITU TIDAK MUDAH!
Tapi masalahnya bukan disitu. Masalahnya saya suka menulis. Saya perlu menulis. Saya ingin menulis. Menulis buku yang akan dipajang di toko buku. Di rak depan. Dengan cap bestseller.
Ayo semangat!
(682 kata)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pertemuan 12: Sabtu bersama Agustinus Wibowo

“Kita akan bertemu Agustinus Wibowo tanggal 27 Desember 2014.” Itu pesan Pak Guru yang masuk di WAG AM5M beberapa minggu yang lalu. Semua antusias. Penulis genre baru non-fiksi kreatif Titik Nol yang keren itu (Titik Nol-nya yang keren, penulisnya saya belum tahu). Dua jam bersama Agustinus Wibowo (AW) eksklusif  untuk peserta AM5M dan gratis. Maka mulailah pencarian lebih jauh tentang si Mas Agus ini. Mulai dari Titik Nol , buku bercover biru dengan seorang anak yang meloncat dari ketinggian. Breath taking. Saya benar-benar ingin punya buku itu. Tapi harganya 125ribu. Itu jatah makan keluarga 3 hari. Lihat wawancaranya di Kick Andy dari YouTube. AW melakukan perjalanan darat dengan tabungan US$ 2000 ke daerah Tan. Afganistan, Tajikistan, Turkmenistan, Hidustan, dan tan tan yang lain. Sepertinya ini orang agak ajaib. Buka blognya Agustinus Wibowo . Oh my... deretan foto-foto indah kelas National

Oleh-oleh Kuliah Umum Fitrah Based Education Adriano Rusfi

Hari Minggu, 29 November 2015 lalu, saya kembali menghadiri sebuah Seminar Parenting di Aula Bapusibda Bandung. Kali ini judulnya Kuliah Umum Melahirkan Generasi Emas Melalui Pendidikan Peradaban berbasis Fitrah yang diadakan oleh Komunitas HE-BPA atau Home Education – Berbasis Potensi dan Ahlak. Buat saya, yang seru dari setiap Seminar Parenting adalah menularnya aura positif dari para peserta. Mereka adalah para ayah dan bunda yang selalu semangat untuk meng-upgrade diri dengan menambah pengetahuannya untuk mendidik anak-anak mereka. Jadi wajar saja kalau ada teman yang bisa kecanduan ikut acara seminar parenting seperti ini. Pada Kuliah umum kali ini, walau memang didominasi para bunda, ternyata banyak juga para ayah yang semangat untuk mengikuti acara. Materi pertama dari Psikolog lulusan UI, Drs. Adriano Rusfi, S.Psi atau yang sering di sapa Bang Aad. Beliau menyampaikan materi Melahirkan Generasi Aqil Baligh untuk Peradaban Indonesia yang Lebih Hijau dan Lebih Damai. Kon

Oleh-oleh dari Kuliah Umum Septi Peni Wulandani

Biarkan anak tumbuh alamiah sesuai fitrahnya. Itu pesan kuat yang saya tangkap dari acara kuliah umum Ibu Septi Peni Wulandani di Aula Perpustakaan Bapusibda Jl. Kawaluyaan Indah II Bandung. Kuliah Umum dengan tema Menjadi Ibu Profesional untuk Mencetak Generasi Handal diprakarsai oleh Institut Ibu Profesional Bandung dengan bekerja sama dengan Bapusibda Jawa Barat. Pada Sabtu, 10 Oktober 2015, selama lebih dari 1 jam sekitar 200 lebih peserta terbius cerita Bu Septi yang begitu kocak namun penuh inspirasi berharga. Siapa Bu Septi? Ternyata banyak juga yang belum mengenal Ibu kelahiran 21 September 1974 ini. Maka wajar ketika moderator merasa perlu menampilkan selusin prestasi keren beliau, diantaranya: Ibu Teladan versi Majalah Ummi 2004 Danamon Award 2006 kategori Individu Pemberdaya Masyarakat Tokoh pilihan Majalah Tempo 2006 Inovator Sosial pilihan Pasca Sarjana FISIP UI 2006 Woman Enterpreuner Award Ashoka Foundation 2007 Ikon 2008 bidang IPTEK versi Majalah