Langsung ke konten utama

Pertemuan 11: Tema

Berikut ini adalah resume yang dibuat oleh teman AM5M Hatfina Dini. Sayang sekali kalau hanya bulukan dalam tumpukan file.

Pertemuan kemarin kita membahas tema, nih. Tapi, jangan dihubungkan dengan tema yang biasa kita pelajari di materi Bahasa Indonesia, ya! 

Tema ini khusus untuk FIKSI!

Tema: jantung cerita, menurut Nigel Watts.

Menurut Frey/Egri: Tema dirumuskan dalam rumus: Karakter + Konflik + Konklusi (3K)

Terkadang, bisa juga disebut dengan premis.
 
Dari itu semua, Tema bisa disimpulkan menjadi: pernyataan apa yang terjadi pada karakter sebagai hasil dari konflik utama.

Contoh tema dari Bang Fuadi, diambil dari buku yang difilmkan berjudul GodFather. Ada yang sudah pernah baca atau nonton? Tema GodFather yaitu: Family Loyalty Leads to Life a Crime.
Jadi, tema itu dalam bentuk kalimat, teman-teman!

Kenapa kita sampai membahas Tema? Apa pentingnya? Karena tanpa tema, cerita tidak akan memuaskan pembaca, walau ceritanya seru dan ditulis dengan baik.
Ibaratnya saat kalian membaca buku yang bahasanya oke, ceritanya greget, tapi selepas membaca terasa kosong, alias nggak dapat apa-apa.

Tapi teman-teman, Tema dalam fiksi tidak ditentukan dari awal. Bukan seperti mengikuti perlombaan atau menulis untuk tugas, dimana tema jadi garis start kita.
Seperti biasa, saat menulis fiksi, rumus utamanya: Menulislah! Jadi, memang belum ada tema di awal penulisan kita. Kalau Tema fiksi ditentukan dari awal, yang ada kita malah didikte atau dipaksa. Annoying kan, kalau begitu.

Jadi, kapan kita bisa menemukan Tema? Nah, Tema fiksi kita dapatkan di awal penulisan, tengah, maupun akhir penulisan kita. Saran dari pertemuan kemarin, Tema fiksi bisa kita temukan dari draft cerita, dialog-dialog, alasan menulis, dan pada kata yang berulang dari naskah kita.

Ada tiga unsur dalam tema:
a.       Subject Matter: realitas yang tampak (tangible reality)
Contoh pada N5M: Alif yang dimasukkan ke pesantren agar agamanya kuat dan menimba ilmu secara gratis dengan memburu beasiswa. Realita
b.      Thread: Garis perkiraan/plot yang menyatukan cerita.
Permisalan thread itu seperti seorang petualang di hutan yang merekam jejak dengan menautkan benang dari satu pohon ke pohon lainnya.
Satu cerita bisa memiliki banyak thread. Contoh thread: cinta, keadilan, persahabatan, permusuhan, dll. Thread dalam cerita bisa banyak, tapi kita juga harus memilih thread dengan tepat, yaitu yang porsinya tidak terlalu sedikit dalam naskah.
c. Thesis: What the author is saying about the thread summed up in a single sentence.
Tesis juga ibarat kompas, menuju arah yang benar.
Contoh: Kejahatan akan kalah dengan kebaikan.
Kalau kata Bang Fuadi, pentingnya thesis itu ibarat junkfood. Fiksi tanpa thesis seperti junkfood yang renyah, enak, tapi tanpa nutrisi. Tapi pasarnya luas….

Tugas:
  1. Apa thread dan thesis dari Ayat-Ayat Cinta, Laskar Pelangi, Negeri 5 Menara, Ranah 3 Warna, dan Rantau 1 Muara?
  2. Analisa proyek pribadi masing-masing. Apa thread dan apa thesis-nya?

Komentar

  1. Wah klo fiksi ampun deh..kurang bacanya jd susah cari ide hihi..

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pertemuan 12: Sabtu bersama Agustinus Wibowo

“Kita akan bertemu Agustinus Wibowo tanggal 27 Desember 2014.” Itu pesan Pak Guru yang masuk di WAG AM5M beberapa minggu yang lalu. Semua antusias. Penulis genre baru non-fiksi kreatif Titik Nol yang keren itu (Titik Nol-nya yang keren, penulisnya saya belum tahu). Dua jam bersama Agustinus Wibowo (AW) eksklusif  untuk peserta AM5M dan gratis. Maka mulailah pencarian lebih jauh tentang si Mas Agus ini. Mulai dari Titik Nol , buku bercover biru dengan seorang anak yang meloncat dari ketinggian. Breath taking. Saya benar-benar ingin punya buku itu. Tapi harganya 125ribu. Itu jatah makan keluarga 3 hari. Lihat wawancaranya di Kick Andy dari YouTube. AW melakukan perjalanan darat dengan tabungan US$ 2000 ke daerah Tan. Afganistan, Tajikistan, Turkmenistan, Hidustan, dan tan tan yang lain. Sepertinya ini orang agak ajaib. Buka blognya Agustinus Wibowo . Oh my... deretan foto-foto indah kelas National

Oleh-oleh Kuliah Umum Fitrah Based Education Adriano Rusfi

Hari Minggu, 29 November 2015 lalu, saya kembali menghadiri sebuah Seminar Parenting di Aula Bapusibda Bandung. Kali ini judulnya Kuliah Umum Melahirkan Generasi Emas Melalui Pendidikan Peradaban berbasis Fitrah yang diadakan oleh Komunitas HE-BPA atau Home Education – Berbasis Potensi dan Ahlak. Buat saya, yang seru dari setiap Seminar Parenting adalah menularnya aura positif dari para peserta. Mereka adalah para ayah dan bunda yang selalu semangat untuk meng-upgrade diri dengan menambah pengetahuannya untuk mendidik anak-anak mereka. Jadi wajar saja kalau ada teman yang bisa kecanduan ikut acara seminar parenting seperti ini. Pada Kuliah umum kali ini, walau memang didominasi para bunda, ternyata banyak juga para ayah yang semangat untuk mengikuti acara. Materi pertama dari Psikolog lulusan UI, Drs. Adriano Rusfi, S.Psi atau yang sering di sapa Bang Aad. Beliau menyampaikan materi Melahirkan Generasi Aqil Baligh untuk Peradaban Indonesia yang Lebih Hijau dan Lebih Damai. Kon

Oleh-oleh dari Kuliah Umum Septi Peni Wulandani

Biarkan anak tumbuh alamiah sesuai fitrahnya. Itu pesan kuat yang saya tangkap dari acara kuliah umum Ibu Septi Peni Wulandani di Aula Perpustakaan Bapusibda Jl. Kawaluyaan Indah II Bandung. Kuliah Umum dengan tema Menjadi Ibu Profesional untuk Mencetak Generasi Handal diprakarsai oleh Institut Ibu Profesional Bandung dengan bekerja sama dengan Bapusibda Jawa Barat. Pada Sabtu, 10 Oktober 2015, selama lebih dari 1 jam sekitar 200 lebih peserta terbius cerita Bu Septi yang begitu kocak namun penuh inspirasi berharga. Siapa Bu Septi? Ternyata banyak juga yang belum mengenal Ibu kelahiran 21 September 1974 ini. Maka wajar ketika moderator merasa perlu menampilkan selusin prestasi keren beliau, diantaranya: Ibu Teladan versi Majalah Ummi 2004 Danamon Award 2006 kategori Individu Pemberdaya Masyarakat Tokoh pilihan Majalah Tempo 2006 Inovator Sosial pilihan Pasca Sarjana FISIP UI 2006 Woman Enterpreuner Award Ashoka Foundation 2007 Ikon 2008 bidang IPTEK versi Majalah