Langsung ke konten utama

Nadiem Makarim, a man behind Gojek

Sosok Nadiem Makarim untuk pertama kali saya lihat pada siaran ulangan Mata Najwa Episode #Semangat28 di Metro, 28 Oktober 2015. Entah dapat wangsit darimana, kalau disebut nama Nadiem Makarim si pencipta aplikasi Gojek itu, kok yang muncul di kepala saya adalah CEO Air Asia Tony Fernandes. Aneh. Bayangan saya Nadiem Makarim itu berbau-bau india, 50 tahunan.
Dari salah satu driver Gojek, saya tahu kalau Nadiem Makarim ini lulusan MBA dari Harvard Bussines School. Itu saja. Ternyata Nadiem Makarim itu baru 31 tahun! Muda dan ganteng. Sebuah kombinasi maut terutama jika ditambah embel-embel kaya. Untung sudah ada yang punya. Ha...ha...
Anyway, walau aplikasi Gojek baru diluncurkan pada Januari 2015, sejatinya Gojek telah berdiri sejak 2011. Dengan pendanaan dari NSI Ventures, hingga November 2015 Gojek telah tersebar di 10 kota, dengan 200 ribu driver, 1000 karyawan dan mencapai angka 6 juta download. Fantastis!
“Apakah seorang Nadiem membayangkan Gojek akan sebesar ini?” tanya Najwa Shihab.
“Sebenarnya tidak menyangka. Target kami akhir tahun ini adalah 30 ribu driver dan 1 juta download. Tapi ternyata itu dapat dicapai dalam 2 bulan pertama.”
Saya baru tahu juga ternyata ada data base user Gojek. Mereka bisa tahu berapa kali kita pakai Gojek. Siapa saja pemakai Gojek tersering. Mau tau siapa number one user Gojek? Nadiem Makarim the CEO, saudara-saudara.
 “Saya menggunakan jasa Gojek bisa 6 sampai 7 kali sehari,” katanya.
Dari seringnya Nadiem berinteraksi dengan driver Gojek, sering ia menemukan cerita-cerita mengharukan. Ada driver yang cerita betapa anaknya heran “Kenapa sejak Ayah ikut Gojek, masakan Mama jadi enak-enak semua?”
Sebagai penutup dalam wawancara malam itu, Nadiem menyampaikan sesuatu yang sangat dalam. Saya sampai rela mengulang-ulang rekaman YouTube demi bisa mencatat kata per kata apa yang ia katakan.
“Menurut saya nomor satu adalah KEBERANIAN. Jangan hidup hanya melihat apa resiko ke depan. Tapi hidup itu harus berani menciptakan perubahan yang Anda inginkan di dunia ini. Itu kuncinya.

Tidak apa gagal gagal dan tersendat sendat. Saya sudah gagal 4 – 5 perusahaan sebelumnya dan itu semua menjadi pembelajaran buat saya.Keberanian itu nomor satu karena keberanian akan mengikuti kata hati.

Kalau mau membuat sesuatu yang besar, jangan cari masalah yang kecil. Cari masalah yang besar. Yang ribet. Yang sulit. Yang orang bilang nggak mungkin bisa. Biasanya peluang besar ada disitu. Jangan takut.”

* * * (370 kata)
Untuk melengkapi informasi mengenai Gojek, berikut saya kutip ulang status-status Facebook saya yang berhubungan dengan Gojek.
Bandung, 13 Agustus 2015
Ribuan pelamar memadati acara perekrutan pengojek di GBK (Kompas, 13 Agustus 2015). 
Terharu melihat tukang ojek naik pangkat berkat Gojek dan Grabbike.

Bandung, 21 Agustus 2015
Pengalaman pertama bergojek ria. Fall in love at first ride: “Go jek asli keren! Luv it”
Jadi makin cinta setelah dapat voucher 50rb dengan referal code seorang teman.

Bandung, 24 Agustus 2015
Pengalaman ber-Gojek ria:
Driver Gojek pertama status freelance photografer asal Bali yang baru beberapa bulan di Bandung.
Driver Gojek kedua status satpam.
Driver Gojek ketiga status PNS guru SMP usia 50 tahun.
Driver Gojek keempat status mantan TKI yang sudah 14 tahun di Arab.
Loh mana yang statusnya Mang Ojek asli? No wonder mereka menyebut diri mereka driver dan bukan Mang Ojek.
Ternyata Mang Ojek asli masih menutup diri dari perubahan. Saat Mang Ojek asli sadar kesalahan mereka, perekrutan Gojek sudah makin diperketat.
Moral story: Cepat dan cerdas lah melihat peluang. Jangan mengeluh aja karena akan menutup pintu rejeki. Rejekimu keburu diambil orang lain...

Bandung, 29 Agustus 2015
Obrolan dengan Mang Ojek langganan.
"Nggak ikutan Gojek Pak?"
"Ah Gojek itu nggak bener"
"Nggak bener gimana Pak?"
"Masa ambil lahan pekerjaan orang lain. Mereka itu kan orang-orang yang sudah punya kerjaan. Tapi mengambil jatahnya tukang ojek yang sudah lama"
"Mungkin maksudnya untuk tukang ojek, tapi tukang ojeknya nggak pada mau Pak"
"Tapi setiap pangkalan kan sudah ada jatahnya, nggak boleh seenaknya ambil jatah orang lain. Saya di pangkalan saya, nggak boleh seenaknya ambil penumpang di pangkalan orang lain.
Lagian juga bayaran mereka belum dibayar kok. Uangnya tetap masuk ke si bosnya dulu. Ke tukang ojeknya mah nggak lancar."
"O...gitu ya Pak..."
‪#‎berusaha memasuki jalan pikiran tukang ojek pangkalan

Bandung, 5 September 2015
Akhirnya dapat juga driver gojek yang mang ojek asli. Sudah jadi tukang ojek sejak tahun 2004. Dan baru ikutan Gojek 3 hari terakhir.
"Tau Gojek darimana Pak?"
"Anak saya ikutan Gojek sejak bulan puasa. Saya lihat, kok kayaknya bagus juga ya. Jadi saya mau ikutan juga."
"Katanya bayarannya nggak lancar ya Pak?"
"Itu mah orang belum ngerti aja Bu. Anak saya selama ini lancar-lancar saja. Pagi kita daftar mau ambil uangnya, sore uangnya bisa diambil. Asal minimal saldonya 100rb. Anak saya lumayan rata-rata 100-200rb/hari. Jauhlah dibanding saya waktu jadi Tukang Ojek Pangkalan biasa."
"O gitu ya? Jadi enak ya Pak Gojek?"
"Ia Bu, Gojek mah aman. Ibu bisa komplen kalau nggak puas. Driver yang 2 kali dikomplen nggak dikasih orderan. 3 kali komplen diberhentikan.Gojek mah disiplin sekali Bu."
"Kenapa nggak ajak teman-teman tukang ojek yang lain Pak?"
"Pada nggak mau Bu. Padahal sudah saya ajak. Kalau ada yang ajak biasanya lebih diutamakan daripada yang daftar sendiri. Kalau ngajak teman dikasih 150rb. Lumayan lah. Yang baru juga dapat pulsa 100rb."
"Itu kalau mau pesan makanan modal sendiri ya Pak?"
"Iya Bu, sampai 250rb. Kalau diatas itu bisa ditranfer dulu dari kantor. 
Cuma saya masih takut nerima orderan makanan. Takutnya di cancel, resikonya saya harus nanggung."
*obrolan sepanjang perjalanan Kircon-Sabuga jarak 10km. Pendapatan Driver: 42rb. Pengeluaran saya: 0rp karena masih punya Gojek Credit.

Bandung, 12 September 2015
Sebenarnya saya sudah nggak terlalu semangat ngajak ngobrol driverGojek. Sepertinya semua rasa ingin tahu sudah terpuaskan. Eh, taunya malah dapat driver Gojek yang ngajak ngobrol duluan.
"Ibu minus berapa matanya?"
"Banyak Pak."
"Kalau Ibu butuh ganti kacamata, hubungi saya saja. Harga saya murah. Kalau di optik dapat satu, di saya dapet dua"
"Bapak aslinya tukang kacamata atau ngojek?"
"Saya ngojek nyambi jual kacamata. Jual kacamata nyambi ngojek di pangkalan. Saya ngojek sudah 13 tahun setiap pulang kerja jualan kacamata. Kalau hari Jumat saya jualan di Pusdai. Ini juga sekalian antar orderan kacamata."
"Ikutan Gojek sudah lama Pak?"
"Baru seminggu. Sekarang antrian Gojek panjang sekali. Saya daftar sudah sebulan yang lalu.
Susah juga kalau mengandalkan jadi tukang ojek pangkalan. Sehari orderan paling juga 2. Itu juga trayeknya terbatas.
Kalau Gojek enak bisa dimana aja. Kalau hari rame saya memilih mangkal di daerah pasar baru dan alun-alun. Banyak orderan di daerah sana."
Obrolan dilanjutkan dengan promosi kacamata murah. Siapa sangka,Gojek menjadi peluang iklan usaha lain dari para drivernya.

*obrolan dengan driver Gojek yang dua usahanya ini berhasil membuatnya bisa mencicil rumah kecil di daerah Ujung berung seharga 80jt 5 tahun yang lalu.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pertemuan 12: Sabtu bersama Agustinus Wibowo

“Kita akan bertemu Agustinus Wibowo tanggal 27 Desember 2014.” Itu pesan Pak Guru yang masuk di WAG AM5M beberapa minggu yang lalu. Semua antusias. Penulis genre baru non-fiksi kreatif Titik Nol yang keren itu (Titik Nol-nya yang keren, penulisnya saya belum tahu). Dua jam bersama Agustinus Wibowo (AW) eksklusif  untuk peserta AM5M dan gratis. Maka mulailah pencarian lebih jauh tentang si Mas Agus ini. Mulai dari Titik Nol , buku bercover biru dengan seorang anak yang meloncat dari ketinggian. Breath taking. Saya benar-benar ingin punya buku itu. Tapi harganya 125ribu. Itu jatah makan keluarga 3 hari. Lihat wawancaranya di Kick Andy dari YouTube. AW melakukan perjalanan darat dengan tabungan US$ 2000 ke daerah Tan. Afganistan, Tajikistan, Turkmenistan, Hidustan, dan tan tan yang lain. Sepertinya ini orang agak ajaib. Buka blognya Agustinus Wibowo . Oh my... deretan foto-foto indah kelas National

Oleh-oleh Kuliah Umum Fitrah Based Education Adriano Rusfi

Hari Minggu, 29 November 2015 lalu, saya kembali menghadiri sebuah Seminar Parenting di Aula Bapusibda Bandung. Kali ini judulnya Kuliah Umum Melahirkan Generasi Emas Melalui Pendidikan Peradaban berbasis Fitrah yang diadakan oleh Komunitas HE-BPA atau Home Education – Berbasis Potensi dan Ahlak. Buat saya, yang seru dari setiap Seminar Parenting adalah menularnya aura positif dari para peserta. Mereka adalah para ayah dan bunda yang selalu semangat untuk meng-upgrade diri dengan menambah pengetahuannya untuk mendidik anak-anak mereka. Jadi wajar saja kalau ada teman yang bisa kecanduan ikut acara seminar parenting seperti ini. Pada Kuliah umum kali ini, walau memang didominasi para bunda, ternyata banyak juga para ayah yang semangat untuk mengikuti acara. Materi pertama dari Psikolog lulusan UI, Drs. Adriano Rusfi, S.Psi atau yang sering di sapa Bang Aad. Beliau menyampaikan materi Melahirkan Generasi Aqil Baligh untuk Peradaban Indonesia yang Lebih Hijau dan Lebih Damai. Kon

Oleh-oleh dari Kuliah Umum Septi Peni Wulandani

Biarkan anak tumbuh alamiah sesuai fitrahnya. Itu pesan kuat yang saya tangkap dari acara kuliah umum Ibu Septi Peni Wulandani di Aula Perpustakaan Bapusibda Jl. Kawaluyaan Indah II Bandung. Kuliah Umum dengan tema Menjadi Ibu Profesional untuk Mencetak Generasi Handal diprakarsai oleh Institut Ibu Profesional Bandung dengan bekerja sama dengan Bapusibda Jawa Barat. Pada Sabtu, 10 Oktober 2015, selama lebih dari 1 jam sekitar 200 lebih peserta terbius cerita Bu Septi yang begitu kocak namun penuh inspirasi berharga. Siapa Bu Septi? Ternyata banyak juga yang belum mengenal Ibu kelahiran 21 September 1974 ini. Maka wajar ketika moderator merasa perlu menampilkan selusin prestasi keren beliau, diantaranya: Ibu Teladan versi Majalah Ummi 2004 Danamon Award 2006 kategori Individu Pemberdaya Masyarakat Tokoh pilihan Majalah Tempo 2006 Inovator Sosial pilihan Pasca Sarjana FISIP UI 2006 Woman Enterpreuner Award Ashoka Foundation 2007 Ikon 2008 bidang IPTEK versi Majalah