Pada dasarnya saya
adalah manusia egois. Mementingkan diri sendiri dan tidak perduli dengan orang
lain. Saya hanya ingin menjalani hidup ini dengan bahagia, tanpa dihantui oleh
rasa takut dan sedih. Bagaimana caranya agar dapat hidup tanpa rasa takut dan
sedih? Ternyata saya butuh Tuhan dan Manusia lain untuk menolong dan menemani
saya dalam menjalani hidup. Tanpa keduanya, saya akan ketakutan dan sedih. Itu
pasti – karena sudah pernah dicoba!
Bagaimana caranya
Tuhan dan Manusia lain mau menerima saya dalam menjalani hidup ini? Maukah
Tuhan menolong saya jika saya membantah perintah-Nya dan malah bandel
menjalankan larangan-Nya? Maukah Manusia menemani saya jika saya menyusahkan
hidup mereka dan menjadi sekedar pelengkap penderita dalam hidup? Saya kira
tidak.
Tuhan akan sayang
sama saya jika saya patuh menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
“Percaya sajalah apa kata Tuhan, karena Ia yang membuat kita, dan benar-benar
tahu apa yang kita perlu kerjakan dalam hidup. Tidak perlu sok tau”, demikian
nasehat sederhananya. Dale Carnegie
dalam sejumlah bukunya mengenai hubungan antar manusia, menyebutkan bahwa
manusia itu suka didukung, dihargai keberadaannya dan bukannya ditinggalkan serta
disalahkan. Hubungan yang baik dengan Tuhan dan Manusia hanya dapat dicapai
oleh orang yang memiliki otak dan jiwa yang sehat.
Bagi saya menulis
merupakan sebuah terapi untuk menyehatkan otak dan jiwa. Lega rasanya, ketika
seliweran ide-ide pengganggu konsentrasi telah ditumpahkan ke dalam rangkaian
kata-kata diatas kertas. Dengan otak dan jiwa yang sehat, harapannya saya dapat
memberikan kontribusi yang berarti dalam membahagiakan dan menyehatkan jiwa anggota
keluarga saya. Dan bersama mereka, saya ingin menjadi bagian untuk dapat
menularkan semangat positif yang dapat menginspirasi negeri ini ke arah yang
lebih baik. Jika sudah demikian, bukan tidak mungkin saya dapat mengubah dunia.*
*terinspirasi oleh pemikiran
seorang biarawan di Inggris, 1100 M.
(282 kata)
(282 kata)
Komentar
Posting Komentar