Langsung ke konten utama

Tugas 2: Mengapa Saya Menulis?

Pada dasarnya saya adalah manusia egois. Mementingkan diri sendiri dan tidak perduli dengan orang lain. Saya hanya ingin menjalani hidup ini dengan bahagia, tanpa dihantui oleh rasa takut dan sedih. Bagaimana caranya agar dapat hidup tanpa rasa takut dan sedih? Ternyata saya butuh Tuhan dan Manusia lain untuk menolong dan menemani saya dalam menjalani hidup. Tanpa keduanya, saya akan ketakutan dan sedih. Itu pasti – karena sudah pernah dicoba!

Bagaimana caranya Tuhan dan Manusia lain mau menerima saya dalam menjalani hidup ini? Maukah Tuhan menolong saya jika saya membantah perintah-Nya dan malah bandel menjalankan larangan-Nya? Maukah Manusia menemani saya jika saya menyusahkan hidup mereka dan menjadi sekedar pelengkap penderita dalam hidup? Saya kira tidak.

Tuhan akan sayang sama saya jika saya patuh menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. “Percaya sajalah apa kata Tuhan, karena Ia yang membuat kita, dan benar-benar tahu apa yang kita perlu kerjakan dalam hidup. Tidak perlu sok tau”, demikian nasehat sederhananya.  Dale Carnegie dalam sejumlah bukunya mengenai hubungan antar manusia, menyebutkan bahwa manusia itu suka didukung, dihargai keberadaannya dan bukannya ditinggalkan serta disalahkan. Hubungan yang baik dengan Tuhan dan Manusia hanya dapat dicapai oleh orang yang memiliki otak dan jiwa yang sehat.

Bagi saya menulis merupakan sebuah terapi untuk menyehatkan otak dan jiwa. Lega rasanya, ketika seliweran ide-ide pengganggu konsentrasi telah ditumpahkan ke dalam rangkaian kata-kata diatas kertas. Dengan otak dan jiwa yang sehat, harapannya saya dapat memberikan kontribusi yang berarti dalam membahagiakan dan menyehatkan jiwa anggota keluarga saya. Dan bersama mereka, saya ingin menjadi bagian untuk dapat menularkan semangat positif yang dapat menginspirasi negeri ini ke arah yang lebih baik. Jika sudah demikian, bukan tidak mungkin saya dapat mengubah dunia.*

*terinspirasi oleh pemikiran seorang biarawan di Inggris, 1100 M.

(282 kata)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Oleh-oleh Kuliah Umum Fitrah Based Education Adriano Rusfi

Hari Minggu, 29 November 2015 lalu, saya kembali menghadiri sebuah Seminar Parenting di Aula Bapusibda Bandung. Kali ini judulnya Kuliah Umum Melahirkan Generasi Emas Melalui Pendidikan Peradaban berbasis Fitrah yang diadakan oleh Komunitas HE-BPA atau Home Education – Berbasis Potensi dan Ahlak. Buat saya, yang seru dari setiap Seminar Parenting adalah menularnya aura positif dari para peserta. Mereka adalah para ayah dan bunda yang selalu semangat untuk meng-upgrade diri dengan menambah pengetahuannya untuk mendidik anak-anak mereka. Jadi wajar saja kalau ada teman yang bisa kecanduan ikut acara seminar parenting seperti ini. Pada Kuliah umum kali ini, walau memang didominasi para bunda, ternyata banyak juga para ayah yang semangat untuk mengikuti acara. Materi pertama dari Psikolog lulusan UI, Drs. Adriano Rusfi, S.Psi atau yang sering di sapa Bang Aad. Beliau menyampaikan materi Melahirkan Generasi Aqil Baligh untuk Peradaban Indonesia yang Lebih Hijau dan Lebih Damai. Kon

Pertemuan 12: Sabtu bersama Agustinus Wibowo

“Kita akan bertemu Agustinus Wibowo tanggal 27 Desember 2014.” Itu pesan Pak Guru yang masuk di WAG AM5M beberapa minggu yang lalu. Semua antusias. Penulis genre baru non-fiksi kreatif Titik Nol yang keren itu (Titik Nol-nya yang keren, penulisnya saya belum tahu). Dua jam bersama Agustinus Wibowo (AW) eksklusif  untuk peserta AM5M dan gratis. Maka mulailah pencarian lebih jauh tentang si Mas Agus ini. Mulai dari Titik Nol , buku bercover biru dengan seorang anak yang meloncat dari ketinggian. Breath taking. Saya benar-benar ingin punya buku itu. Tapi harganya 125ribu. Itu jatah makan keluarga 3 hari. Lihat wawancaranya di Kick Andy dari YouTube. AW melakukan perjalanan darat dengan tabungan US$ 2000 ke daerah Tan. Afganistan, Tajikistan, Turkmenistan, Hidustan, dan tan tan yang lain. Sepertinya ini orang agak ajaib. Buka blognya Agustinus Wibowo . Oh my... deretan foto-foto indah kelas National

Oleh-oleh dari Kuliah Umum Septi Peni Wulandani

Biarkan anak tumbuh alamiah sesuai fitrahnya. Itu pesan kuat yang saya tangkap dari acara kuliah umum Ibu Septi Peni Wulandani di Aula Perpustakaan Bapusibda Jl. Kawaluyaan Indah II Bandung. Kuliah Umum dengan tema Menjadi Ibu Profesional untuk Mencetak Generasi Handal diprakarsai oleh Institut Ibu Profesional Bandung dengan bekerja sama dengan Bapusibda Jawa Barat. Pada Sabtu, 10 Oktober 2015, selama lebih dari 1 jam sekitar 200 lebih peserta terbius cerita Bu Septi yang begitu kocak namun penuh inspirasi berharga. Siapa Bu Septi? Ternyata banyak juga yang belum mengenal Ibu kelahiran 21 September 1974 ini. Maka wajar ketika moderator merasa perlu menampilkan selusin prestasi keren beliau, diantaranya: Ibu Teladan versi Majalah Ummi 2004 Danamon Award 2006 kategori Individu Pemberdaya Masyarakat Tokoh pilihan Majalah Tempo 2006 Inovator Sosial pilihan Pasca Sarjana FISIP UI 2006 Woman Enterpreuner Award Ashoka Foundation 2007 Ikon 2008 bidang IPTEK versi Majalah