Ketika Pak Guru kami, Ahmad Fuadi, mengusulkan untuk
membuat sebuah buku bersama, hal pertama yang beliau minta adalah membuat
konsep buku untuk diserahkan ke penerbit. Gunanya untuk melihat apakah si
penerbit berminat dengan konsep buku yang akan kita buat.
Langsung lah keluar pertanyaan naif dari para penulis amatiran asuhan pak guru: “Emang konsep buku itu apa sih Bang?”
Ternyata konsep buku itu berisi tentang uraian singkat mengenai buku yang akan ditulis, mengapa buku itu perlu dibeli, apa keunikan buku itu, siapa yang akan membacanya dan kira-kira pembagian babnya seperti apa. Pendek saja, sekitar 2-3 lembar.
Penerbit tidak akan punya banyak waktu untuk membaca lengkap seluruh naskah. Mereka hanya perlu point-point penting seperti dijelaskan dalam konsep buku tersebut. Konsep buku memang terbukti efektif untuk bisa menembus penerbit dan bukan tidak mungkin membuat buku laku di pasaran.
Seringkali kita kecewa setelah membaca sebuah buku. “Ngapain ya saya buang waktu baca buku ini?”, “Apa gunanya ni buku buat saya?”, "Penulisnya mau bilang apa sih sebenarnya?". Menurut saya, ternyata banyak buku yang terbit saat ini sebenarnya bukan untuk konsumsi terlalu banyak orang. Buku ditulis sekedar hanya untuk kepuasan pribadi, kebanggaan pribadi, dokumentasi pribadi dan lupa bahwa buku itu harus ada gunanya juga buat orang lain. Buku seperti itu biasanya tidak diminati oleh penerbit yang cenderung melihat pasar yang lebih luas. Dengan perumusan konsep yang jelas, Penerbit akan lebih mudah menilai mana buku yang layak mereka sponsori untuk terbit, dan mana yang sebaiknya di terbitkan dalam skala terbatas.
Berdasarkan pengalaman kami ketika menerbitkan Ramadan Undercover bersama Gramedia Pustaka Utama, target pasar mereka untuk cetak perdana adalah 3000 buku. Jadi idealnya buku yang terbit dibutuhkan oleh minimal 3000 orang. Kecuali kalau penerbit melihat potensi besar, mereka akan berani mencetak sekaligus dalam jumlah yang lebih besar. Jadi syarat untuk bisa lolos penerbit (apalagi yang kelas atas), bukan sekedar bisa laku 500 -1000 buku saja. Nah bagi yang target marketnya dibawah 3000 buku, penerbitan Indie bisa jadi pilihan yang lebih baik.
Dengan konsep buku yang jelas, kualitas sebuah buku akan lebih mudah terbaca. Berikut saya lampirkan contoh Konsep Buku Ramadan Undercover yang kami sampaikan kepada Penerbit Gramedia Pustaka Utama.
Langsung lah keluar pertanyaan naif dari para penulis amatiran asuhan pak guru: “Emang konsep buku itu apa sih Bang?”
Ternyata konsep buku itu berisi tentang uraian singkat mengenai buku yang akan ditulis, mengapa buku itu perlu dibeli, apa keunikan buku itu, siapa yang akan membacanya dan kira-kira pembagian babnya seperti apa. Pendek saja, sekitar 2-3 lembar.
Penerbit tidak akan punya banyak waktu untuk membaca lengkap seluruh naskah. Mereka hanya perlu point-point penting seperti dijelaskan dalam konsep buku tersebut. Konsep buku memang terbukti efektif untuk bisa menembus penerbit dan bukan tidak mungkin membuat buku laku di pasaran.
Seringkali kita kecewa setelah membaca sebuah buku. “Ngapain ya saya buang waktu baca buku ini?”, “Apa gunanya ni buku buat saya?”, "Penulisnya mau bilang apa sih sebenarnya?". Menurut saya, ternyata banyak buku yang terbit saat ini sebenarnya bukan untuk konsumsi terlalu banyak orang. Buku ditulis sekedar hanya untuk kepuasan pribadi, kebanggaan pribadi, dokumentasi pribadi dan lupa bahwa buku itu harus ada gunanya juga buat orang lain. Buku seperti itu biasanya tidak diminati oleh penerbit yang cenderung melihat pasar yang lebih luas. Dengan perumusan konsep yang jelas, Penerbit akan lebih mudah menilai mana buku yang layak mereka sponsori untuk terbit, dan mana yang sebaiknya di terbitkan dalam skala terbatas.
Berdasarkan pengalaman kami ketika menerbitkan Ramadan Undercover bersama Gramedia Pustaka Utama, target pasar mereka untuk cetak perdana adalah 3000 buku. Jadi idealnya buku yang terbit dibutuhkan oleh minimal 3000 orang. Kecuali kalau penerbit melihat potensi besar, mereka akan berani mencetak sekaligus dalam jumlah yang lebih besar. Jadi syarat untuk bisa lolos penerbit (apalagi yang kelas atas), bukan sekedar bisa laku 500 -1000 buku saja. Nah bagi yang target marketnya dibawah 3000 buku, penerbitan Indie bisa jadi pilihan yang lebih baik.
Dengan konsep buku yang jelas, kualitas sebuah buku akan lebih mudah terbaca. Berikut saya lampirkan contoh Konsep Buku Ramadan Undercover yang kami sampaikan kepada Penerbit Gramedia Pustaka Utama.
Konsep Buku
Ramadhan
Undercover
Oleh Tim Penulis Akademi 5 Menara
Buku tentang apa ini?
Anda suka Chicken Soup? Anda pernah tahu buku Jakarta
Undercover? Anda pernah tahu Man Jadda
Wa Jadda the series? Anda kenal buku Dasyatnya Ramadhan?
Nah, buku ini adalah gabungan semua itu. Kumpulan esai
pendek 2500 – 3000 kata yang akan mengangkat tema kisah nyata dari keseharian di
bulan Ramadhan dalam sudut pandang yang tidak biasa. Tujuannya agar pembaca
dapat mengkaji kembali makna dasar dari puasa.
Mengapa buku ini perlu dibeli?
Buku ini dikemas dalam bahasa yang ringan, kocak dan
mudah dipahami banyak orang tanpa kesan menggurui. Buku sekitar 100 – 150
halaman dengan harga jual dibawah Rp 50.000,- ini akan menjadi buku yang akan
melengkapi Ramadhan setiap orang tahun ini.
Apa keunikan buku ini?
Kisah-kisah dalam buku ini akan lebih menggigit dan tajam
serta menyentuh dibanding buku sejenis seperti Storycake for Ramadhan, 44
kisah-kisah indah dan inspiratif seputar Ramadhan yang menyentuh hati karya
Lygia Pecanduhujan,dkk (GPU, 2011) atau Ramadhan
di musim gugur, kisah-kisah seru,
lucu dan mengharukan seputar mudik dan merayakan lebaran karya Elie Mulyadi
(GPU, 2009)
Siapa yang akan membaca buku ini?
Secara umum target pembaca adalah remaja dan dewasa.
Target khusus adalah para remaja yang tengah mengejar
cinta, para karyawan yang lemas menunggu jadwal buka puasa, para mahasiswa yang
sibuk dengan tiket mudik pulang kampung, para orang tua yang mengajarkan puasa
pada anaknya, para ibu yang bingung mengatur menu buka puasa, para ayah yang
sibuk mempersiapkan ongkos mudik, dan pembaca yang suka akan kisah-kisah unik
penghangat jiwa.
Apa isi buku ini?
Secara umum ada beberapa tema besar dalam buku ini:
Bab 1: 10 hari
pertama
Mengangkat tema seperti: Persiapan menghadapi Ramadhan, Fenomena
beli tiket jauh hari sebelum lebaran, Kesibukan belanja baju sebelum puasa,
Seni mengatur jadwal intim bagi pasangan pengantin baru, Ramainya mesjid di
hari pertama puasa, Puasa pertama bagi anak-anak, dan kisah lainnya.
Bab 2: 10 hari
kedua
Mengangkat tema-tema seperti: Pacaran di bulan Ramadhan,
Toleransi dengan pasangan yang berbeda agama, Fenomena buka puasa bareng, Bagaimana
hobi olahraga diteruskan di bulan Ramadhan, Mengatur jadwal pulang kampung bagi
pasangan, Menyiasati hobi kegiatan malam di bulan Ramadhan, Makan saur bagi
para single, dan kisah lainnya.
Bab 3: 10 hari
ketiga
Mengangkat tema-tema seputar Mudik, Mengatur jadwal
pulang kampung bagi pasangan, mempersiapkan menghadapi pertanyaan seputar
status saat lebaran, Mempersiapkan angpau lebaran, Fenomena membagi zakat,
Malam Takbiran, Makna memaafkan, Sepinya ibukota vs ramainya desa, Kerja bakti
keluarga saat Lebaran, Hari lebaran mau kemana? Dan kisah lainnya.
Buku ini juga akan dilengkapi dengan kutipan-kutipan
indah islami dan ilustrasi yang menarik di setiap ceritanya.
![]() |
Komentar
Posting Komentar